Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Beritakoperasi, Purwokerto - Pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dollar AS tidak hanya berpengaruh pada kondisi ekonomi makro. Beberapa aspek yang menyangkut kebutuhan masyarakat sehari-hari juga bisa terdampak tren ini.

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras
Ilustrasii Uang Rupiah

Beritakoperasi, Purwokerto - Pelemahan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dollar AS tidak hanya berpengaruh pada kondisi ekonomi makro. Beberapa aspek yang menyangkut kebutuhan masyarakat sehari-hari juga bisa terdampak tren ini.

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, hal pertama yang akan dirasakan masyarakat dengan adanya pelemahan rupiah ini adalah inflasi yang disebabkan oleh komoditas impor.

"Yang jelas imported good inflation akan meningkat seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Barang-barang jadi dari impor akan menjadi lebih mahal," kata dia  Kamis (18/4/2024).

BACA JUGA : https://beritakoperasi.com/harga-gula-naik-jadi-rp-17500kg-stok-di-sejumlah-toko-ritel-langka

Ia menambahkan, lonjakan harga juga akan terjadi pada bahan mentah (raw material) bagi berbagai sektor ekonomi Indonesia. Tidak hanya itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga akan melambungkan harga produksi. Ini akan merembet ke kebutuhan komoditas pupuk yang sangat dibutuhkan petani.

"Maka, turunannya adalah barang setengah jadi di dalam negeri akan meningkat," imbuh dia.

BACA JUGA : https://beritakoperasi.com/konflik-iran-israel-bikin-harga-minyak-naik-as-ikut-was-was

Nailul menerangkan, dengan adanya tekanan inflasi yang masih tinggi, kenaikan biaya produksi padi akan sulit untuk diturunkan ke harga jual. Hal tersebut dikhawatirkan akan menurunkan permintaan di masyarakat.

Dengan kata lain, harga gabah yang tinggi akan turut membuat harga beras relatif tinggi. "Jadi efek pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar ini efeknya domino," ujar dia.

Menurut dia, sinyal positif dalam tren pelemahan nilai tukar rupiah ini adalah penurunan suku bunga bank sentral AS, The Fed. Hal tersebut dipercaya akan memberi sinyal positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Lebih lanjut, Nailul bilang, masyarakat yang menjadi spekulan dalam akan mendapatkan untung ketika memegang dollar AS dalam tren pelemahan rupiah ini. Spekulan dapat diartikan sebagai individu yang berani mengambil risiko dan memiliki keahlian di pasar tempat mereka berdagang.

BACA JUGA : https://beritakoperasi.com/tim-satgas-pangan-bongkar-kecurangan-distribusi-pupuk-penyebab-kenaikan-harga-beras

Meskipun begitu, Nailul berpesan agar masyarakat melepas kepemilikan dollar AS untuk membantu membanjiri stok di pasar.

"Itupun jika mereka mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap ekonomi nasional dan bukan sebagai spekulan. Terus jual hinggal ada sentimen negatif terhadap dollar AS seperti penurunan suku bunga The Fed," tandas dia.

Sebagai informasi, nilai tukar atau kurs rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar AS dan telah menyentuh level 16.000 dari sebelumnya relatif stabil di level 15.000. Data Bloomberg menunjukkan, rupiah ditutup menguat.

BACA JUGA : https://beritakoperasi.com/bi-terus-intervensi-pasar-akibat-rupiah-tertekan-dekati-rp-16300-per-dollar-as

Rupiah ditutup pada level Rp 16.177 per dollar AS. Rupiah menguat 41 poin atau 0,25 persen dibandingkan dengan sebelumnya pada level Rp 16.220 per dollar AS. Sementara itu, mengacu kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah pada Kamis (18/4/2024) pada level Rp 16.177 per dollar AS, atau menguat dibanding Rabu (17/4/2024) pada level Rp 16.240 per dollar AS.
(Beritakoperasi/Izul)